Serang Raya

Perempuan Banten Bersuara: Mengupas Sisi Kodrat hingga Perspektif Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan

424
×

Perempuan Banten Bersuara: Mengupas Sisi Kodrat hingga Perspektif Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini

Serang, sidikberita.com — Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Banten bersama Indonesia Book Party Chapter Serang (Serang Book Party) sukses menggelar talkshow bertajuk Post-Modernisme Cinderella pada Minggu (2/2/25) di Café Teras Bamboo, Kota Serang. Acara yang merupakan bagian dari rangkaian Seba Literasi ini dibuka oleh Ketua ICMI Orwil Banten, Dr. Ir. H. Eden Gunawan M.M., IPM., ASEAN Eng. dan menghadirkan diskusi mendalam tentang peran perempuan di dunia modern.

Talkshow yang diinisiasi Bidang 4 Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini menampilkan berbagai narasumber inspiratif, termasuk Dr. Hj. Sitti Maani Nina, M.Si (Kepala DP3AKB Provinsi Banten), Stevany Arizal, M.Sos. (Kepala Laboratorium Rekayasa Sosial FKIP Untirta), Nury Sybli (Women of the Year 2019), Encop Sofia anggota DPRD Provinsi Banten, Dr. Yulianti Fitriani, S.Pd., M.Sn., (Anggota Bidang IV-Pemberdayaan Perempuan dan Anak).

Dalam presentasinya, Stevany Arizal, M.Sos., menjelaskan hasil penelitiannya tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap perempuan. “Selama pandemi, perempuan menghadapi beban yang jauh lebih besar dibanding laki-laki, baik dalam urusan rumah tangga maupun pekerjaan profesional,” jelasnya. Hal ini merupakan dampak degradasi lingkungan terhadap kehidupan perempuan, dimana peningkatan risiko kesehatan perempuan akibat polusi udara, limbah industri, dan penggunaan bahan kimia berbahaya dalam sektor pertanian dan manufaktur menyebabkan ketidakseimbangan kehidupan masyarakat, terutama keluarga yang notabene dikonduktori oleh perempuan.

Sekaitan dengan penjelasan Stevany, Nury Sybli lebih mengajak peserta untuk memahami kembali identitas perempuan melalui sejarah bahasa. “Kata perempuan berasal dari bahasa Melayu kuno, per-empu-an, yang berarti sesuatu yang dimuliakan atau dihormati. Sementara wanita berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ‘yang diinginkan.’ Jadi, perempuan harus berani bertanya: Siapa aku ini?” tegasnya. Berkurangnya akses terhadap air bersih dan sumber pangan akibat eksploitasi lingkungan terekam di beberapa daerah yang pernah dikunjunginya dan tentu kondisi ini selayaknya menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar bagi pemerintah melalui kebijakan-kebijakan solutif yang harus diselesaikan.

Dayung bersambut dengan penuturan Encop Sopia, S.Ag., MA., bahwa pemerintahan Provinsi Banten secara tegas dan bertekad turut memperjuangkan hak-hak perempuan di Provinsi Banten. “Baik secara penganggaran maupun program-program kerja, kami akan terus berusaha memperjuangkan hak-hak perempuan di Provinsi Banten”, jelasnya. Penguatan peran perempuan dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan, termasuk peran aktif dalam pengambilan keputusan lingkungan menjadi tawaran regulatif yang sangat perlu diberdayakan terutama pada ruang-ruang legislatif dan eksekutif kepemerintahan di Provinsi Banten.

Begitu pula Dr. Hj. Sitti Maani Nina, M.Si., yang menekankan pentingnya literasi gender dan pemberdayaan perempuan di era digital. “Perempuan tidak lagi sekedar menjadi pelengkap dalam keluarga, tetapi turut menjadi pelopor dalam pembangunan masyarakat berbasis literasi dan inovasi,” ujarnya. Pendidikan dan pelatihan untuk pemberdayaan perempuan dapat diselenggarakan dalam bentuk program pendidikan berbasis ekologi dan wirausaha hijau bagi perempuan di komunitas lokal, selain pelatihan keterampilan dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Sementara Dr. Yulianti Fitriani, S.Pd., M.Sn., yang kesehariannya bekerja di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Serang sebagai dosen Seni (Musik) dalam hal ini selaku ketua panitia pelaksana Road To Seba Literasi yang bertajuk Post Modernisme Cinderella mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan talk show, terutama kepada para narasumber yang sudah berkenan hadir menyempatkan diri bersilaturahmi, para donatur, sponsorhips, media partner dan suporter sehingga acara ini dapat terselenggara dengan lancar dan sukses. “Terimakasih kepada para narasumber dan seluruh panitia yang terlibat karena sudah mendukung kegiatan talk show hari ini, semoga apa yang kita lakukan dapat bernilai teleleologik, nilai kebermanfaatan bagi masyarakat perempuan di Banten Perempuan harus bangkit,” tutur Yulianti.

Yulianti menegaskan kembali harapannya acara ini dapat membuka wawasan peserta yang hadir untuk mulai bergerak memaju-kembangkan dan optimalisasi peran strategis perempuan dalam kehidupan modern serta mendorong semangat literasi dan pemberdayaan yang lebih luas di masyarakat, tutupnya. Post-Modernisme menjadi rasionalisasi perwujudan pandangan-pandangan yang lebih luwes dan komprehensif, termasuk hal-hal yang bersifat teologis bahkan mitis. Manusia merupakan bagian dari keseluruhan alamdan memiliki hubungan dekat dengan alam sekitarnya bahkan menyadari ada sesuatu yang gaib di luar dirinya. Begitu pula perempuan, sejatinya telah dititipkan anugerah luar biasa untuk senantiasa mencari cara-cara unik dalam menyelesaikan permasalahan yang tengah dihadapi. Praktik tradisional perempuan dalam konservasi sumber daya alam seperti bidang seni yang merespon alam sebagai bagian dari proses berkarya.

Tidak hanya diskusi, acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan seni. Tarian dari Laila Putri Wartawati memberikan sentuhan budaya yang memukau, menggambarkan keindahan tradisi lokal dengan balutan modernitas. Penampilan stand-up comedy dari Bayu Pekijing juga menjadi sorotan, menghadirkan humor segar yang mengangkat isu-isu perempuan masa kini dengan cara yang ringan namun penuh makna. Kombinasi elemen-elemen ini menciptakan suasana yang menyentuh hati sekaligus memberikan refleksi mendalam bagi para peserta.

Dengan kolaborasi ini, Road to Seba Literasi kembali menegaskan posisinya sebagai gerakan literasi yang inovatif dan inklusif, sekaligus menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk terus mengeksplorasi isu-isu literasi, gender, dan budaya.