News

Merayakan Lima Abad Kesultanan Banten, UIN SMH Gelar Seminar Sejarah dan Budaya

38
×

Merayakan Lima Abad Kesultanan Banten, UIN SMH Gelar Seminar Sejarah dan Budaya

Sebarkan artikel ini

SERANG|sidikberita.com – Dalam rangka memperingati lima abad Kesultanan Banten, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten menggelar seminar nasional bertema “Kesultanan Banten: Masa Lalu, Kini, dan yang Akan Datang”, Rabu (16/4/2025), di Auditorium Gedung Rektorat Lantai 3 kampus tersebut.

Acara yang mempertemukan para akademisi, sejarawan, budayawan, mahasiswa, hingga masyarakat umum ini menjadi panggung ilmiah dan budaya untuk merefleksikan peran Kesultanan Banten dalam sejarah Indonesia maupun peradaban dunia.

Sultan Banten ke-XVIII, RTB. Hendra Bambang Wisanggeni Suryatmaja, membuka seminar dengan seruan pentingnya melestarikan nilai luhur Kesultanan sebagai warisan budaya yang dapat menjadi fondasi pembangunan spiritual dan moral bangsa.

Menambahkan hal itu, KH TB Fathul Adzim Cothib menegaskan garis lurus pewarisan Kesultanan Banten. Ia menyebutkan bahwa RTB Bambang Wisanggeni merupakan keturunan langsung dari Sultan Maulana Hasanuddin, dan sistem pewarisannya menyerupai sistem monarki Inggris, yakni diwariskan kepada anak laki-laki dari istri permaisuri.

Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. H. Wawan Wahyuddin, M.Pd, menyatakan bahwa kampus memiliki peran strategis sebagai penjaga sejarah dan penggerak budaya lokal.

“Kita belajar dari sejarah bukan untuk bernostalgia, tetapi untuk membangun masa depan yang lebih baik,” ujarnya.

Ketua panitia, Drs. H. Makmun Muzakki, menekankan bahwa seminar ini bukan panggung politik, melainkan ruang akademik untuk menggali nilai budaya yang membentuk identitas masyarakat Banten.

“Perayaan lima abad ini harus menjadi titik tolak bagi Banten masa depan. Harapannya, perayaan ini menjadi tradisi tahunan yang diinisiasi berbagai lapisan masyarakat,” jelasnya.

Acara ini juga dihadiri Sultan Lampung, serta sejumlah aktivis, akademisi, dan pemerhati budaya dari berbagai wilayah. Seminar yang merupakan puncak dari rangkaian kegiatan selama 15 hari ini menghadirkan sejumlah pembicara utama.

Sejarawan dari Kesultanan Cirebon, Mustaqim Asteja, menyampaikan materi bertajuk “Pararaton Kesultanan Banten: Refleksi Sejarah 5 Abad”. Ia menyatakan bahwa sejarah Banten adalah sejarah internasional, mengingat perannya sebagai pusat perdagangan global sejak abad ke-16.

“Banten pernah menjadi kerajaan Islam paling penting di Indonesia. Pedagang Tionghoa, Arab, dan bangsa-bangsa lain pernah menjadikannya pusat aktivitas ekonomi di Hindia Belanda,” kata Mustaqim.

Sementara itu, Prof. Dr. HMA. Tihami, MA, menyoroti ketimpangan antara masa kejayaan Banten dengan kondisi sosial saat ini. Ia menilai bahwa ketidakhadiran pemangku budaya menyebabkan masyarakat kehilangan arah.

“Banten perlu mengembalikan kedaulatan budaya kepada Kesultanan. Itu adalah identitas aslinya,” tegasnya.

Prof. Mufti Ali, MA, Ph.D, turut membahas rekonstruksi sejarah Maulana Hasanuddin berdasarkan empat sumber lokal, dengan penekanan pada pentingnya pelurusan sejarah berbasis dokumen otentik.

Dipandu oleh moderator Ahmad Yani, S.Sos., M.Si, diskusi berlangsung aktif. Forum ini merekomendasikan dua hal penting yang akan diajukan kepada Presiden Prabowo Subianto: pembentukan tim kecil untuk membahas tindak lanjut rekonstruksi Kesultanan Banten, dan pelaksanaan lokakarya untuk menggodok hasilnya. (CziYk)