Kegiatan Lapas

IPPA Fest 2025: Dirjen Pemasyarakatan Mashudi Apresiasi Kreativitas Warga Binaan di Lapangan Banteng

5
×

IPPA Fest 2025: Dirjen Pemasyarakatan Mashudi Apresiasi Kreativitas Warga Binaan di Lapangan Banteng

Sebarkan artikel ini

JAKARTA | sidikberita.com – Lapangan Banteng yang bersejarah di jantung ibu kota hari ini pada (21/04) menjadi panggung semangat, harapan, dan kreativitas dalam perhelatan Indonesian Prison Product Art Festival (IPPA Fest) 2025. Festival ini menjadi wadah ekspresi warga binaan pemasyarakatan (WBP) dari berbagai lapas dan rutan di seluruh Indonesia, sekaligus mencerminkan kemajuan sistem pemasyarakatan yang semakin humanis, inklusif, dan berorientasi pada pembinaan.

Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Mashudi, turut hadir dan menyampaikan apresiasi mendalam terhadap karya-karya para warga binaan yang ditampilkan. Dalam pernyataannya, beliau menekankan bahwa IPPA Fest merupakan cerminan nyata dari transformasi paradigma pemasyarakatan di Indonesia.

“Melalui IPPA Fest, kita melihat bagaimana proses pemasyarakatan tidak hanya berfokus pada penegakan aturan, tetapi juga menyentuh sisi kemanusiaan dan membangkitkan harapan. Karya-karya warga binaan ini adalah wujud perubahan sejati—bahwa mereka tidak hanya menjalani hukuman, tetapi juga sedang membangun kembali jati diri mereka sebagai manusia yang bermartabat,” ujar Mashudi.

IPPA Fest 2025 menghadirkan ratusan karya warga binaan dari berbagai kategori, mulai dari kerajinan tangan, seni rupa, batik, busana, pertanian, hingga produk berbasis daur ulang. Setiap karya mengandung cerita, mencerminkan proses pembinaan, serta menggambarkan nilai-nilai kehidupan yang dipelajari selama masa pemasyarakatan.

Lebih dari sekadar pameran, IPPA Fest menjadi ajang edukasi dan interaksi publik yang memperlihatkan bahwa di balik tembok penjara, terdapat ruang-ruang penuh potensi, semangat, dan kreativitas yang terus tumbuh.

Salah satu sorotan utama datang dari Lembaga Pemasyarakatan Cilegon, yang turut menampilkan berbagai karya unggulan warga binaannya. Karya-karya tersebut bukan hanya indah secara visual, tetapi juga menyampaikan pesan moral dan nilai refleksi diri.

Kalapas Cilegon, Margono, dalam keterangannya menyampaikan bahwa seni dan keterampilan memiliki peran penting dalam proses pemulihan diri para warga binaan.

“Kreativitas adalah jendela menuju harapan. Setiap karya warga binaan kami adalah cermin dari perjalanan batin mereka—bagaimana mereka belajar menghadapi masa lalu, memperbaiki diri, dan menatap masa depan. Kami percaya bahwa pembinaan yang memberi ruang untuk berkarya adalah wujud nyata dari pemasyarakatan yang adil dan berperikemanusiaan,” tutur Margono.

Selain pameran utama, IPPA Fest 2025 juga diramaikan oleh berbagai kegiatan pendukung, seperti pelatihan keterampilan, diskusi interaktif, penampilan seni dari warga binaan, dan bazar produk hasil pembinaan. Seluruh rangkaian acara ini tidak hanya memperkenalkan hasil karya, tetapi juga membuka peluang kemitraan, pemasaran, dan pemberdayaan ekonomi bagi warga binaan.

Festival ini turut dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, mulai dari pelaku industri kreatif, akademisi, mitra UMKM, hingga komunitas sosial. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan nyata terhadap pendekatan pemasyarakatan berbasis pemulihan (restorative justice), yang kini semakin dikedepankan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

Sebagai sebuah festival yang mengusung nilai inklusivitas, kreativitas, dan harapan, IPPA Fest 2025 berhasil memperkuat pesan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berubah dan berkontribusi. Dirjen Pemasyarakatan Mashudi berharap semangat ini terus dijaga dan dikembangkan, agar pemasyarakatan di Indonesia benar-benar menjadi ruang pembinaan yang memberikan kesempatan kedua bagi setiap insan. (CziYk)